Saya lihat pemerintah tidak menganalisa masalah BBM dengan tepat dan melakukan solusi yang tepat. Walhasil, rakyat dipaksa berkorban dengan kenaikan harga2 BBM dan harga2 barang lainnya yang otomatis memiskinkan rakyat karena daya beli mereka berkurang. Dengan kenaikan harga barang 20% misalnya. Mereka yang belanja bulanannya Rp 3 juta/bulan, harus mengeluarkan Rp 3,6 juta / bulan. Darimana yang Rp 600 ribu/bulan itu? Sementara BLSM sebesar Rp 150 ribu/bulan selama 5 bulan itu tidak ada artinya.
Ada lagi spanduk “Selamatkan Uang Negara”. Ada uang negara yang dikuasai Negara. Uang ini digunakan untuk gaji Presiden, menteri, pejabat, DPR, PNS, Tentara, Polisi, dsb. Sisanya baru untuk rakyat. Sedikit sekali yg sampai ke rakyat. Apalagi kalau dikorupsi.
Ada juga uang rakyat yang benar2 ada di tangan rakyat yang sebenarnya, misalnya pendapatan Rp 3 juta/bulan. Inilah yang harus diselamatkan. Bagaimana dengan uang sebesar itu tetap cukup membeli barang2 kebutuhan dalam jumlah yang sama. Kalau dengan Rp 4500 bisa beli bensin 1 liter, setelah kenaikan harga BBM, berarti rakyat tambah miskin kan? Ingat, pembeli BBM bukan cuma orang kaya. Ada banyak supir mikrolet dan pengendara sepeda motor yang beli itu. Begitu pula kalau dengan Rp 7000 bisa beli beras 1 kg, kemudian tidak cukup karena harga beras naik jadi Rp 9000/kg, rakyat tambah miskin. Inilah uang rakyat yang harus diselamatkan. Bagaimana agar tidak terjadi inflasi karena kenaikan harga BBM. Daya beli rakyat tidak berkurang.

Ada lagi yang mengutip ayat Al Qur’an:
“…Harta jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu..” [Al Hasyr:7]
Ayat tsb dipakai untuk menaikkan harga BBM yang akan menimbulkan kenaikan harga2 barang lainnya. Untuk mencekik rakyat.
Padahal kalau mau, hapus saja subsidi untuk pejabat. Para pejabat jangan dikasih rumah dan mobil dinas. Suruh beli sendiri. Begitu pula berbagai tunjangan lainnya. Kalau Studi banding ke luar negeri, pakai uang sendiri. Jangan uang rakyat. Apalagi dipakai menginap di hotel mewah dgn uang saku berlimpah (Rp 2 juta/hari).
Coba kita lihat masalah yang dijadikan alasan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM:

Subsidi BBM 80% Tidak Tepat Sasaran
Kalau kita lihat data statistik BPS (1), mobil pribadi itu cuma 9,5 juta. Itu pun mungkin 80% adalah mobil2 tua yg tak layak jalan. Sisanya adalah truk, bis, dan 68 juta Sepeda Motor. Sepeda Motor itu kurang nyaman dan aman. Boleh dikata 90% pemakainya adalah orang2 miskin yg tak mampu naik bis/KRL karena ongkos kendaraan umum mahal. Dibanding jumlah rakyat yg 242 juta jiwa, jelas pemilik mobil pribadi itu kurang dari 5%. Artinya 95% subsidi itu sudah tepat sasaran.
Kalau mau mengambil 5% Subsidi yg salah sasaran, kenakan saja pajak STNK yg tinggi bagi pemilik kendaraan pribadi. Misalnya 10% dari harga yg beli. Misalnya dia beli mobil Rp 1 milyar. Dia harus bayar pajak Rp 100 juta. Artinya itu bisa menutupi 10.000 liter bensin/tahun atau hampir 300 liter bensin/hari. Padahal orang2 kaya itu paling cuma memakai bensin 20 liter/hari. Dengan rasio bensin 1:10, itu cukup untuk perjalanan mobil sejauh 200 km atau sekitar 4 jam di dalam kota. Kalau ada Direktur yang seharian di mobil, itu namanya Supri.
Justru Supir angkutan Umumlah yang memakai BBM paling banyak karena mereka seharian di jalan membawa penumpang. Mereka paling tidak membeli 40 liter bensin/hari. Kenaikan harga BBM misalnya Rp 2000/liter, itu sudah membuat mereka harus keluar uang Rp 80 ribu/hari atau Rp 2,4 juta/bulan. Darimana uang Rp 2,4 juta/bulan tsb? kalau pun dibebankan kepada penumpang yang umumnya menengah ke bawah, lagi2 rakyat miskin tambah sengsara bukan?
Sekarang tarif kendaraan umum yang tidak ber AC Rp 2000 sekali jalan. Rakyat bisa pergi dari rumah ke kantor 3x ganti kendaran. Artinya mereka keluar uang Rp 12.000/pp atau Rp 360.000/bulan. Kalau ongkos naik Rp 1000 jadi Rp 3000, mereka harus keluar Rp 480.000/bulan. Harus mengeluarkan uang Rp 120.000/bulan. Belum dari beras, minyak, susu, dsb.
Jangan sampai pengurangan subsidi menyengsarakan 80% rakyat menengah ke bawah karena kenaikan harga2 lainnya
Kesimpulannya, 95% Subsidi BBM tepat sasaran. 5% yang salah sasaran itu dgn menaikkan pajak STNK jadi sebesar 10% dari harga kendaraan.

Indonesia Sekarang Impor Minyak
Nah ini dianalisa sebabnya. Kenapa Indonesia bisa impor minyak? Padahal Indonesia ini kaya minyak? Malaysia dan Brunei saja bisa kok ekspor minyak. Meski rakyat mereka sedikit, namun tanah mereka juga seupil dibanding Indonesia yang tanahnya luasnya 2 juta km2 sedang lautnya seluas 5 juta km2. Artinya luas Indonesia itu 7 juta km2. Luas Brunei kurang dari 6000 km2. Cuma 1/1000 luas Indonesia. Minyak itu bisa ditemukan di darat dan di laut (off shore).
Solusinya: Nasionalisasi Semua perusahaan minyak di Indonesia. Biar semuanya dikelolah oleh 3 BUMN minyak agar bisa bersaing. Dgn dikuasai oleh perusahaan minyak asing, Produksi minyak di Indonesia di era Soeharto yang 1,5 juta bph sekarang turun jadi 0,8 juta bph setelah kontrol minyak diserahkan dari Pertamina ke BP Migas.
Begitu pula minyak kurang, kok malah ekspor? Itu harus dibenahi dulu. Baru kita bicara tentang pengurangan Subsidi BBM(2).
Produksi Minyak Minim, Tapi Kok RI Ekspor Minyak? “Negara-negara yang membeli produksi minyak Indonesia di antaranya Jepang, Amerika Serikat, Korea, Taiwan, Singapura dan lainnya. Jepang merupakan negara terbesar pembeli minyak Indonesia yakni pada 2010 mencapai 19,3% dari total ekspor minyak atau mencapai 23.407 ribu barel sedangkan pada 2011 sekitar 36.823 ribu barel (36,6%), sementara Amerika pada 2010 membeli minyak Indonesia sebanyak 4.779 ribu barel dan pada 2011 sekitar 5.553 ribu barel,” demikian pernyataan Ditjen Migas (3). 
Ada yang bilang produksi minyak kita turun karena cadangan minyak kita berkurang.
Kalau habis niscaya pada hengkang pak perusahaan2 minyak AS tsb. Nyatanya pendapatan mereka naik terus sehingga Exxon dan Chevron masuk 10 perusahaan terkaya di dunia versi Forbes 500
11 hours ago · Like
Lihat kenaikan keuntungan Exxon sampai 35% jadi $41.1 billion (Rp 410 trilyun):
Mustahil keuntungan mereka naik sampai 35% kalau jumlah produksi minyak menurun. Exxon adalah 1 dari perusahaan minyak yang menguras minyak Indonesia.
Ini 1 contoh kecurangan laporan. Jumlah produksi cuma dilaporkan 1/4 saja: Agus Marto Wardojo: Dia juga mengemukakan, saat ini pemerintah mensinyalir adanya indikasi ekspor ilegal. Dalam catatannya, di salah satu industri pertambangan, dalam satu tahun Indonesia hanya bisa ekspor 5 juta ton pada sebuah kawasan. “Ternyata di luar, impor dari Indonesia mineral itu 20 juta ton per tahun. Kan sayang sekali itu, kalau yang tercatat ekspor 5 juta ton tetapi jumlah yang diimpor dari Indonesia sampai 20 juta ton, artinya jadi ekspor ilegal dong,” tambahnya.
Exxon saat disuruh Pertamina mengeksplorasi blok Migas Cepu lapor kalau tak ada cadangan migas di sana. Ternyata usai Reformasi, Exxon malah merebut blog Migas Cepu karena cadangannya amat banyak. Pak Marwan Batubara tahu hal ini. Nah di Jawa saja, blok Migas belum dieksplor habis. Lapindo itu jelek2nya banyak gasnya lho. Makanya ada api dan semburannya. Itu Jawa yg padat penduduknya. Belum Natuna, Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, dsb.
Arab Saudi cukup cerdas menasionalisasi perusahaan Aramco tahun 1974. Tahun 1970-an, Arab Saudi masih termasuk negara miskin. Kekayaan alam mereka berupa minyak tidak dapat mensejahterakan mereka karena dikuasai perusahaan AS, Aramco. Namun sejak raja Faisal menasionalisasi Aramco, maka seluruh hasil minyak dapat dinikmati oleh rakyat Saudi Arabia. Jumlah uang yang masuk untuk pembangunan pun berlimpah sehingga listrik di sana gratis, sementara bensin cuma Rp 1700/liter. Ini jauh lebih murah ketimbang Indonesia yang Rp 4.500/liter saja sudah ribut soal kurangnya subsidi karena 90% migas kita dikuasai perusahaan migas asing.
Sebagaimana Arab Saudi, Venezuela juga miskin saat minyak mereka dikelola oleh perusahaan minyak AS. Venezuela banyak hutangnya. Setelah dinasionalisasi oleh Chavez, baru Venezuela makmur bahkan bisa menjual bensin murah kepada rakyatnya sebesar Rp 500/liter.
Perusahaan AS itu selain curang dalam hal laporan produksi juga curang dalam menggelembungkan nilai aset. Contohnya Exxon me-markup asetnya di Venezuela 12x lipat lebih. Exxon minta ganti rugi US$ 12 milyar. Setelah ditaksir Lembaga Arbitrase Internasional, ternyata kurang dari US$ 1 Milyar:
Mahkamah Kamar Dagang Internasional (ICC) memutuskan, Pemerintah Venezuela harus memberi ganti rugi sebesar 907 juta dollar AS kepada ExxonMobil.
Semula ExxonMobil menuntut ganti rugi sekitar 12 miliar dollar AS sambil mengupayakan dua klaim kepada badan arbitrase internasional.

Nasionalisasi Perusahaan Minyak
Mereka mengutip ayat-ayat Al Qur’an untuk menaikkan harga BBM. Tapi mereka melanggengkan penguasaan perusahaan minyak asing/kafir di bumi Indonesia ini. Aneh tidak? Memakai ayat Al Qur’an secara keliru. Tapi tidak mengamalkan ayat Al Qur’an lain secara benar.
Harusnya mereka mengajak rakyat dan pemerintah untuk Menasionalisasi Perusahaan minyak agar Indonesia bisa mandiri. Tidak bergantung dan dibohongi oleh perusahaan minyak asing/kafir:

Kemandirian Ekonomi
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At Taubah:28]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” [An Nisaa’:144]
Soekarno dan Mahathir itu meski tidak pernah disebut tokoh Islam. Cuma tokoh Nasionalis Sekuler. Namun mereka justru mengamalkan ajaran Islam dengan cara Menasionalisasi berbagai perusahaan tambang untuk kesejahteraan rakyatnya.
Hugo Chavez pun meski non Muslim, tapi berani menghapus penjajahan Ekonomi AS yang meski seagama dengannya, tapi zalim. Itulah seorang pemimpin. Harus membela kepentingan rakyatnya.
Sementara tokoh2 yang mengaku paling Islam seperti Anwar Ibrahim kenyataannya cuma Neolib. Mendukung Zionis Yahudi seperti IMF dan kroninya untuk menguasai ekonomi Malaysia lewat investasi asing dan perdagangan bebas:
During the 1997 Asian Financial Crisis Anwar, as finance minister, supported the International Monetary Fund (IMF) plan for recovery. He also instituted an austerity package that cut government spending by 18%, cut ministerial salaries and deferred major projects. “Mega projects”, despite being a cornerstone of Mahathir’s development strategy, were greatly curtailed.
Anwar advocated a free-market approach to the crisis, including foreign investment and trade liberalization. Mahathir blamed currency speculators like George Soros and supported currency controls and tighter regulation of foreign investment

Harga Minyak Mahal
Sebetulnya harga minyak yang berkisar US$ 90/brl tidak terlalu tinggi mengingat dulu sempat mencapa US$ 120/brl. Bahkan kurang sebulan lalu Jero Wacik tanggal 29 Mei diberitakan menyatakan bahwa harga BBM bersubsidi tidak akan dinaikkan jika harga minyak dunia (ICP) kurang dari US$ 108/brl. Nah sekarang kan cuma US$ 90/brl. Kenapa harus naik?
Harga BBM bersubsidi jenis premium dan solar akan dinaikkan jika harga Indonesian Crude Price (ICP/harga minyak dunia) naik 108 dollar AS bulan ini. Hal itu telah disepakati oleh DPR dan pemerintah melalui kementerian ESDM yang selanjutnya masuk kedalam Rancangan APBN Perubahan 2013.
Jero menjelaskan ICP pernah melewati diangka 114 dollar AS perbarrel sampai 120 dollar per barrel pada tahun lalu saat ingin menaikkan harga BBM. Tetapi akhir-akhir ini ICP menurun dengan kisaran 90 dollar AS sampai 100 dollar AS.
Kalau harga minyak mahal, kenapa tidak beli minyak dari Iran? Iran menawarkan harga minyak 30% lebih murah daripada negara lain. Apalagi minyak Iran bisa dikilang di Indonesia:
Iran adalah negara eksportir minyak ke2 terbesar di dunia setelah Arab Saudi. Negara2 sekutu AS saja seperti Jepang dan Taiwan membeli minyak Iran. Kenapa Indonesia takut?

Penyelundupan Minyak
Masalah penyelundupan minyak sebetulnya mudah. Cuma tanker2 raksasa saja yang berpotensi untuk itu. Sebab kalau kapal2 kecil malah rugi ongkos bensinnya. Ekspor minyak harus dihentikan. Dengan konsumsi minyak 1,4 juta bph dan produksi minyak cuma 0,8 juta bph, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk mengekspor minyak. Kalau pun itu bagi hasil Chevron misalnya, ya Chevron menjual ke Indonesia. Kalau tidak ada kilangnya, buat kilangnya.
Jadi Kapal Tanker yang terisi penuh hanya boleh masuk ke Indonesia. Tidak boleh keluar. Aparat2 yang jadi anggota Mafia Minyak juga harus dibabat.
Itu solusinya.
Jadi jangan sampai masalah sebenarnya tidak diteliti. Solusi yang tepat tidak dijalankan. Yang ada rakyat dibuat menderita terus dengan kenaikan harga BBM dan kenaikan harga2 barang lainnya.



Referensi:



Comments (0)