Sebagai seorang manusia, kita sudah sepantasnya memahami apa itu arti
manusia yang sesungguhnya. Akan tetapi, kenyataannya masih banyak sekali orang
yang tidak memahami makna dan arti kata manusia.
Nah, untuk membantu mempelajari makna dan arti kata manusia yang
sebenarnya, kita dapat menggunakan beberapa pendapat para ahli mengenai
defenisi kata manusia berikut ini :
Beberapa
Pengertian Manusia menurut Para Ahli
- Paula J. C. & Janet W. K.
Menurut Paula J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang
terbuka, bebas memilih makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab
atas setiap keputusan, yang hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun
pola hubungan antar sesama dan unggul multidimensional dengan berbagai
kemungkinan.
- Omar Mohammad Al – Toumi Al –
Syaibany
Menurut Omar
Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian manusia adalah
makhluk yang mulia. Masuia merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia
merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan kemampuan
berpikir / akal). Manusia di dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
- Kees Bertens
Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari
dua unsur yang satuannya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.
- Upanisads
Menurut Upanisads, manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa
unsur kehidupan seperti roh (atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).
- Nicolaus D. & A. Sudiarja
Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, akan
tetapi tunggal. Manusia disebut bhineka karena ia mempunyai jasmai dan rohani,
sedangkan disebut tunggal karena hanya berupa satu benda / barang saja.
- Abineno J. I
Menurut Abineno J. I, manusia adalah “tubuh yang dilengkapi dengan jiwa
/ berjiwa” dan bukan “jia abadi yang berada atau pun yang terbungkus di dalam
sebuah tubuh / badan yang fana / tidak nyata”.
- Sokrates
Menurut Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk hidup yang
memiliki dua kaki, yang tidak berbulu, dan memiliki kuku datar berukuran lebar.
- I Wayan Watra
Menurut I Wayan Warta, manuisa merupakan makhluk yang dinamis yang
menganut trias dinamika yaitu cipta, karsa, dan rasa.
- Erbe Sentanu
Menurut Erbe Sentanu, manusia merupakan makhluk sebaik – baiknya yang
diciptakan oleh Tuhan. Bahkan, dapat dikatakan manusia merupakan ciptaan Tuhan
yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk citaannya yang lain.
- Agung. P. P.
Menurut Agung P. P., Manusia dapat diartikan sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna, yang tersusun atas kesatuan fisik, ruh / jiwa, dan
akal pikiran yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungannya.
A. Ideologi
Jadi Ideologi mempunyai arti
pengetahuan tentang gagasangagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of
ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian
sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan citacita.
Dalam perkembangannya terdapat
pengertian Ideologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah Ideologi
pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun
1796. Menurut Tracy ideologi yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang
diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.
1. Pandangan Hidup
Pandangan Hidup merupakan suatu
dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan
hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara.
Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan
pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut
filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran
dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup
itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.
Setiap orang, baik dari tingkatan
yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai
cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang
kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai
cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative.
Disinilah peranan pandangan hidup
seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan
memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak
sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan,
tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.
Biasanya orang akan selalu ingat,
taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia
sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan
pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang
Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
1.
Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
2.
Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
3.
Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan
hidupnya.
4.
Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang
ada dalam pandangan hidupnya.
5.
Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan
cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan hiup erat sekali kaitannya dengan
cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat
mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau
masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu
yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan
suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat.
Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan
hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta
tidak selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima
oleh sekelompok orang biasanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi
disebut ideology. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan
seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.
2. Cita-Cita
Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu
tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak
dapat melepas diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu.
Orang tua selalu menimang-nimang
anaknya sejak masih bayi agar menjadidokter, insinyur, dan sebagainya.
Ini berarti bahwa sejak anaknya lahir, bahkan sejak dalam kandungan, orang tua
telah berangan-angan agar anaknya itu mempunyai jabatan atau profesi yang
biasanya tak tercapai oleh orang tuanya.
Selain dari itu, pada setiap
kelahiran bayi, do’a yang di ucapkan oleh family atau handai taulan biasanya
berbunyi : “ Semoga kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, agama,
dan berbakti kepada orang tua.
Karena itu wajarlah apabila
cita-cita, kebajikan, dan pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak
ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap
hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu
berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan
masing-masing.
Cita-cita itu perasaan hati yang
merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita sering kali diartikan
sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat atau harapan. Cita-cita itu
penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati
seseorang yakni lunak, keras,dan lemah, seperti :
– Orang yang berhati keras, biasanya
tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan
rintangan, tantangan, dan segala esulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati
keras biasanya juga mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
– Orang berhati lunak biasanya dalam
usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun
ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan
berhasil juga mencapai cita-citanya.
– Orang yang berhati lemah biasanya
mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan
cepat-cepat ia berganti haluan dan berganti keinginan.
3. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan pada
hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma
agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu
baik dan makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung
berbuat baik. Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga
segi, yaitu :
1.
Manusia sebagai pribadi, Yang menentukan
baik-buruknya adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati
untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim
terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun
manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
2.
Manusia sebagai anggota masyarakat, Yang menentukan
baik-buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik,
tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai anggota
masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan.
3.
Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus
mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia
berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur
perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak
Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
Jadi, kebajikan itu adalah perbuatan
yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan Hukum Tuhan.
Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik,
ramah-tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu
kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya,
karena pelakunya orang-orang munafik yang bermaksud mencari keuntungan diri
sendiri.
4. Usaha/perjuangan
kerja keras untuk mewujudkan cita –
cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk melanjutkan hidupnya. Sebagian
hidup manusia adalah usaha/perjuangan, perjuangan untuk hidup dan ini sudah
kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan manusia tak dapat hidup sempurna.
Apabila manusia ingin menjadi kaya, ia harus kerja keras. Bila seseorang ingin
menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan mengikuti semua ketentuan akademik.
Kerja keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu atau jasmani/tenaga, dan
bisa juga keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya
daripada jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras dengan
jasmani/tenaganya daripada otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan
menigkatkan harkat dan martabat manusia. Pemalas membuat manusia itu miskin,
melarat dan tidak mempunyai harkat dan martabat. Karena itu tidak boleh
bermalas – malasan, bersantai – santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat
ada waktunya dan manusia yang mengaturnya.
Dalam agamapun diperintahkan untuk kerja keras, sebagaimana hadist yang
diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang ditunjuk kepada para pengikutnya
“Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu
seakan-akan kamu akan mati besok”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari ilmu dan keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari ilmu dan keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”.
Karena manusia itu mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan (cinta
kasih) antara sesama manusia, maka ketidak mampuan akan kemampuan terbatas yang
menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara
tolong menolong, bergotong royong. Apabila sistem ini diangkat ketingkat
organisasi negara, maka negara akan mengatur usaha / perjuangan warga negaranya
sedemian rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga negara
dapat dihilangkan atau tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui
pandangan hidup /idiologi yang dianut oleh suatu negara.
5.
Keyakinan atau kepercayaan
Dilihat dari segi bahasa, keyakinan
berasal dari kata yaqin yang artinya percaya sungguh-sungguh.
Kepercayaan berbeda dengan keyakinan. Keyakinan dan keimanan berada di atas
istilah kepercayaan. Dan keyakinan ekuivalen dengan keimanan. Kepercayaan
menerima dengan budi (ratio) dan keyakinan menerima dengan akal.
Dalam kehidupan, manusia mempunyai
banyak keyakinan atas suatu hal. Dengan keyakinannya inilah, kemudian manusia
bertindak sebagai makhluk budaya. Keyakinan yang dimiliki manusia bisa berwujud
bermacam-macam. Dalam hal agama, keyakinan itu berarti menyakini secara pasti
dan benar bahwa Allah adalah Sang Maha Pencipta. Dalam bidang kehidupan manusia
menggunakan keyakinan sebagai cara dalam menempuh kehidupan. Tanpa keyakinan
kehidupanakan diliputi oleh bimbang.
6.
Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik
Akal dan budi sebagai milik manusia
ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi
mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Satu diantar keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak
manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain menusia menyadari
kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya
memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia
berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya,
baik yang fisik maupun non fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan,
ketakutan, dan sebagainya.
Selain itu manusia sadar pula bahwa
kehidupannya itu lain bila dibandingkan dengan kehidupan makhluk lain. Sadar
pula bahwa dibalik kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini lebih abadi.
Lebih yakin lagi bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan kehidupan yang
sesungguhnya.
Disana setiap manusia akan
mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan selama hidup didunia. Manusia tahu
benar bahwa baik dan buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan
selalu mencari sesuatu yang dapat menuntunnya kearah kebaikan dan menjauhkan
diri dari keburukan.
Akhirnya manusia menemukan apa yang
disebut “ sesuatu dan kekuatan diluar dirinya “. Ternyata
keduanya adalah “ Agama dan Tuhan “. Dengan demikian
bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya
tidak semua manusia yang memahaminya, sehingga banyak orang yang memeluk suatu
agama semata-mata atas dasar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama
hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya. Atau yang sering dikenal
dengan agama KTP. Padahal urusan agama adalah urusan akal, seperti dikatakan
oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam satu hadistnya : Agama
adalah akal, tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal.”
Maksud Nabi Muhammad SAW tersebut
ialah agar manusia dalam memilih suatu agama benar-benar berdasarkan
pertimbangan akalnya, dan bukan semata-mata karena asas keturunan. Hal ini
ditegaskan oleh firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat-236 yang artinya :
“ Tidak ada paksaan untuk
memasuki sesuatu agama, sesungguhnya telah jelas antara jalan (agama) yang
benar dan jalan (agama) yang salah.”
Ternyata, pandangan hidup sangat penting.
Baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat. Dan sudah
sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus
betul-betul berdasarkan pilihan akal bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun
agama bagi kita adalah suatu kebutuhan. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan,
minum, tidur, dan sebagainya. Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi.
Sebab setiap saat kita memerlukan perlindungan Allah SWT dan petunjuk agama
sampai diakhir nanti.
Firman Allah SWT :
Yang artinya :
“ Kamilah pelindungmu dalam kehidupan
dunia dan akhirat ; didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh pula apa yang kamu minta.” (QS.Fushilat : 31).
DAFTAR PUSTAKA
·
http://pengertiandefinisi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/
·
Widyosiswoyo, Supartono. Ilmu Budaya Dasar. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2009
·
Soelaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2001
·
Mustofa, Ahmad. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1998
·
Wahyu, Ramdani. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT. Pustaka
Setia, 2008
·
Mustopo, M. Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: PT. Usaha
Nasional, 1983
00.27 |
Category: |
0
komentar
Comments (0)